Anik Khoriah Sriwijaya (AKS), seorang wanita yang cerdas, bisa dibuktikan sejak SD hingga Perguruan Tinggi dia berprestasi di kelasnya. Dia seorang aktivis dakwah yang taat beribadah, berjiwa social, punya cita-cita tinggi, dan sangat sayang pada anaknya. Menghabiskan masa kecil di Boyolali. Selulus SMA dia berkuliah di ITB, pada awalnya masuk jurusan arsitektur, tapi karena tidak bisa menggambar, pindah jurusan ke teknik planologi. nah disitulah prestasinya mulai meningkat. IPKnya bisa mencapai 3,24. Menurut orang-orang terdekatnya, Anik mudah putus asa, tidak percaya pada kemampuannya dan perfeksionis, contohnya ketika sudah punya anak, dia ingin anaknya ditempatkan di tempat yang dinilainya paling baik. Dia juga pendiam dan jarang bersosialisasi dengan tetangga di sekitar rumah. Dosen walinya mengatakan dia adalah orang yang peragu dan pendiam. Dari SMA , mengkonsumsi obat penenang karena sering gelisah, merasa dirinya tidak berharga, nihil kosong, benci pada diri sendiri. Dan setelah menikah dia merasa jika anak dan suaminya sakit atas kesalahan dirinya sebagai ibu yang tidak baik. Gejala ini sudah lebih dari 2 tahun. Anik punya kemampuan berpikir diatas rata-rata. Saat ini kurang optimal dan berkembang serta mengalami penurunan perasaan. Kondisi demikian sudah 12 tahun dialami oleh Anik.
Latar Belakang Keluarga Tersangka
Keluarga Anik adalah keluarga yang cerdas dan keislamannya bagus. Ibunya seorang dokter yang cukup terkenal di Boyolali. Sedangkan ayahnya cerdas dan menguasai 7 bahasa. Keluarganya taat beragama, orang tuanya ketat dan keras dalam mendidik anak-anaknya.
Kronologis Pembunuhan
Kamis (8/6) sekira pukul 7.30 WIB, Ny. AKS menyuruh suaminya, H. Iman Abdullah, untuk pergi kerja. Pukul 9.00, pembantunya datang dan ia membawa Muhammad Umar Nasrullah alias Umar (7 bulan) ke kamar depan. Anak keduanya, Nazhif Aulia Rahmatullah alias Nazhif (3) nonton TV.
Pukul 10.00, AKS membekap Umar. Setelah wafat, AKS meninggalkannya. Pukul 13.00 WIB, pembantunya di rumah bersama mayat anak bungsunya. Pukul 13.30, Nazhif yang sedang menonton TV dibawa ke kamar kemudian dibekap. AKS membawa mayat Umar untuk dipindahkan ke kamar belakang, disatukan dengan Nazhif.
Pukul 17.00 WIB, Faras tiba di rumah diantar mobil jemputan sekolah TK Zakaria. Faras tampak cerita, dia minta makan. Tersangka terharu melihat Faras makan dengan lahapnya tanpa disuapi seperti hari-hari sebelumnya.
”Umi, ajarkan Faras ngaji ya, setelah makan,” kata Faras kepada ibunya. Dia belajar mengaji bersama ibunya. Karena lelah, Faras tertidur di kamar depan.
Malam itu, AKS menelefon suaminya dan meminta agar Iman Abdullah tidak perlu pulang ke rumah karena sakit. ”Menginap saja di asrama,” tutur AKS.
Jumat (9/6) pukul 5.00 WIB, Faras tertidur. AKS membekapnya. Karena meronta, AKS menjepit kaki Faras. Faras pun meninggal. Sekira pkl. 7.00 WIB, datang mobil jemputan TK Zakaria yang biasa mengantar Faras. AKS memberitahukan Faras sakit sehingga tidak bisa sekolah.
Pukul 9.30, ada telefon dari sahabat AKS yang menanyakan Faras. Ia menjawab, Faras sakit, juga adik-adiknya. Sahabatnya itulah yang menghubungi Iman Abdullah agar pulang. Sekira pukul 11.00 WIB, Iman tiba di rumah, dan mendapatkan ketiga anaknya sudah meninggal dunia. ”Inna lillaahi wa inna ilaihi ra’jiun,..Ini anak-anak diapakan, Umi,” kata Iman.
Ny. AKS tak menjawab. Rekan Iman masuk ke dalam rumah dan menemui Iman yang sedang panik. Iman pun langsung membawa anak bungsunya, Umar ke RS Al Islam. Sementara AKS dan jenazah Faras serta Nazhif ditinggalkan di kamar. Tak lama kemudian, Iman tiba kembali ke rumah mengambil jenazah Faras dan Nazhif untuk dibawa ke RS Al Islam
Latar Belakang Pembunuhan
Anik mengakui bahwa dia tega membunuh ketiga buah hatinya dikarenakan rasa sayang pada anaknya. Dia mencemaskan masa depan anak-anaknya, takut anak-anak kelak tidak bisa jedi anak yang soleh dan berprestasi, dan dia selalu merasa sebagai ibu yang gagal dan istri yang gagal dari suami yang soleh. Dia juga selalu berkesimpulan bahwa anak-anak lebih ceria bersama kakek neneknya juga suaminya dibanding bersama ibunya.
Kondisi Anik setelah kejadian terlihat shock. Ekspresinya berubah-ubah, sering tidak fokus ketika diajak berbicara. Dia menangis dahsyat ketika di rumah peristirahatan di Lembang, karena ketika itu dia bertemu ayahnya, mertuanya dan kerabatnya. Kejiwaannya tidak stabil, sering marah-marah sendiri, sempat drop, sering bengong dan banyak mengeluh. Dia hanya diam, kalau berjalan perlahan dan sering menunduk.
Penelitian dari Sisi Psikologi
Kesan awal yang dapat ditangkap adalah Anik mengalami paranoid akut dan depresi. terlihat dari kecemasan berlebihan terhadap masa depan anaknya. Yang harus diperiksa adalah alam pikirannya, yaitu bagaimana dia bisa mendiagnosa masa depan anaknya akan buruk. Anik menderita paranoid yang kronis karena disertai depresi. Karena sebelum kejadian, menurut suaminya Anik sering marah-marah tanpa sebab. Selain itu, komunikasi dia dengan suami kurang, serta tertutup kepada para tetangga. Anak-anak hanyalah obyek pelampiasan, anak jadi simbol hubungan dia dengan suaminya, jadi kalo ada masalah dialihkan ke anaknya.
Stress sedikit demi sedikit dan berkepanjangan yang tidak teratasi, sangat berbahaya dan bisa mendorong bunuh diri atau pembunuhan. Hal tersebut bisa terjadi pada wanita dengan kecenderungan berkarir lalu terpakasa untuk menjadi ibu rumah tangga. Seandainya dia bisa menerima ikhlas, tidak akan terjadi masalah. Tapi bisa jadi sesuatu yang traumatik jika pada dasarnya adalah sesorang yang berkarir.
Dugaan lain, Anik menderita epilepsi psikomotorik, yang bila kambuh, penderita akan mengamuk, bicara ngawur, bahkan bisa lepas kendali. Kemungkinan lain adalah pelaku pernah mendapatkan perlakuan serupa pada masa kecilnya, sifat impulsif dan pelaku merasa bersalah ketika melakukan.
Tetapi, dugaan yang paling kuat pelaku mengalami Schizophrenia, suatu kondisi depresi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan halusinasi.
Depresi dalam psikologi terdiri dari tiga jenis, yaitu :
Stress
Erotik
Psikosis (paling parah) karena bisa mengalami Schizophrenia.
Schizophrenia adalah suatu keadaan ketika seseorang tidak dapat membedakan antara kenyataan dan konsep dirinya, dalam kondisi tersebut seseorang bisa mengalami gangguan halusinasi yang cukup parah dan bisa melihat anak-anak sebagai sesuatu yang mengancam. Penyebabnya bermacam-macam, bisa karena tidak dapat berkomunikasi secara asertif sehingga menyebabkan dia tidak jujur mengungkapkan masalah dalam dirinya dan cenderung memanipulasi keadaan.
Kesimpulan Akhir
Sejak kecil Anik sering mengalami perlakuan dibanding-bandingkan oleh ibunya. Dia diminta untuk dapat lebih baik dari saudara-saudaranya yang sukses. Saat itulah Anik sering merasa tertekan. Dia merasa tidak berharga dan lemah. Namun muncullah semangat dan motivasi yang besar dalam dirinya untuk dapat membuktikan pada orang tua bahwa dia mampu lebih baik. Apalagi bila dilihat dari cara orang tuanya yang mendidik anak dengan ketat dan keras. Dan Anik pun berhasil, dia diterima di ITB, IPKnya sangat memuaskan, kuliah dengan cepat dan sempat menjadi asisten dosen. Selain itu dia aktif di kegiatan dakwah Masjid Salman, kondisi keislamannya pun baik. Dengan begitu Anik dapat mulai melupakan masa lalunya yang membuat dirinya tertekan.
Setelah menikah dengan Iman Abdullah, yang juga lulusan ITB, dia sempat menjadi asdos, namun dia berhenti untuk fokus menjadi ibu rumah tangga. Hal ini juga merupakan permintaan suaminya yang menyuruh dia untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik. Sementara biarlah suaminya yang bekerja di luar rumah. Anik pun menurut. Kemudian masalah kembali muncul, dia kembali dibanding-bandingkan oleh ibu mertuanya. Mertuanya berpikir bahwa seharusnya Anik dapat lebih baik mendidik anak-anaknya dibanding menantu-menantu lainnya yang sibuk di rumah dan bekerja di luar tapi anak-anaknya dapat tumbuh dengan baik. Seharusnya Anik dapat lebih optimal mengasuh dan mendidik anak mengingat waktunya banyak dihabiskan di rumah. Sejak saat itulah ingatannya tentang tekanan masa kecil kembali muncul dari alam bawah sadarnya. Dia kembali dilanda kebingungan dan kecemasan yang besar. Apalagi mengingat kondisi zaman saat ini yang mengkhawatirkan bagi pertumbuhan anak-anak. Disaat pikirannya tidak dapat terkendali itulah, dia melampiaskan pada sesuatu yang tidak berontak, dalam artian lemah. Dan dia berasumsi bahwa dengan meninggalnya anak-anak, berarti masa depan anak-anak aman dan anak-anak tidak perlu merasakan kerasnya zaman dan masa depannya tidak perlu ia khawatirkan. Anik mengalami full stress, di luar kontrol dirinya dan tidak sadar (tidak dapat berpikir rasional dan jernih), melakukan agresi di luar kontrol.
Itulah penjelasan yang kami coba paparkan, mohon maaf bila ada kesalahan dalam penyampaian, harap dimaklumi karena masih dalam proses belajar. Kami juga menerima kritik dan saran yang InsyaAllah dapat menjadi motivator untuk lebih baik lagi. Kesalahan hanya ada pada kami dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
2 comments:
Terima kasih atas tulisannya. Benar-benar bagus.
Saya mampir ke blog ini setelah membaca komik webtoon Kemala, berjudul Tiga Anak Buangan. Sepertinya, komik tersebut terinspirasi dari kisah ini.
https://www.webtoons.com/id/horror/kemala/ep-5-tiga-anak-buangan/viewer?title_no=2266&episode_no=5
Wahh sama dong. Aku jg mampir karena abis baca webtoon kemala. Di sana ada yg komen tentang kasus ibu itb yg bunuh 3 anaknya. Akhirnya aku jd penasaran dan nyari artikelnya
Post a Comment